Kunci Sukses ala Lapis Talas Bogor AraSari


Bogoraya.co – Kecintaan pada dunia kuliner membuat Srismaya Nuromas merintis usaha kue. Namun, sebelum membangun gerai khusus, ia melakukan uji coba selama 1 tahun untuk mengetes pasar. “ Tahun 2012, mulai sebar-sebar sampel tapi waktu itu belum punya brand. Jadi selama 1 tahun itu hanya survei pasar, apakah produk kita bisa diterima konsumen atau tidak. Jadi waktu itu kita nitip ke toko-toko kue saja. Saya hanya ingin tau, produk itu diterima atau bagaimana, 6 bulan berjalan kita cukup tau bahwa produk kita lumayan diterima,” terang Srismaya Nuromas, Owner Lapis Talas Bogor AraSari yang ditemui di Pabrik AraSari di Kompleks Saba Utama, Bogor, Jawa Barat.

 Setelah melihat peluang pasar yang bagus, Maya, sapaan akrabnya mulai mengurus surat ijin usaha serta kelengkapan alat. Tahun 2013, Maya mulai memberanikan dengan membuka gerai pertama di Karadenan.

Diakui Andi Sudira, sang istri memang sejak masih duduk di bangku kuliah telah menyukai membuat kue.  “Emang dia yang suka bikin kue. Waktu kuliah ibu sudah bikin kue. Kalau di kantor dulu, teman-teman ulang tahun, pesan kue ke dia,” tukas Andi. “Waktu kuliah teman laki semua, saya bikin makanan, enak ga enak pasti abis,” sambung Maya tersenyum.

Lanjut Maya, saat masih bekerja, ia selalu menyempatkan waktu untuk uji coba resep. “Saya hanya nyoba-nyoba resep. Atau dapat resep dari teman terus dicobain. Lalu dapat orderan, bikin Brownies Panggang. Jadi semua hanya otodidak,” ucap wanita yang menyelesaikan studi

Saat memutuskan mengembangkan usaha, saat itu mereka mengeluarkan modal sebesar Rp 40 juta. Yang digunakan untuk membeli bahan baku, mixer dan steamer. Hanya dalam rentang waktu 1 bulan usahanya bisa balik modal.

Diceritakan Maya, saat awal-awal usaha, ia dibantu sang kakak dalam membuat kue. “Jadi waktu belum punya karyawan, saya malam bikin kue, dibantu kakak saya. Pagi tugas bapak nganter,” ujarnya.

                Diakui Maya, memilih usaha Lapis Talas karena melihat permintaan pasar yang tinggi atas produk khas Bogor ini. “Saat itu demand paling tinggi, ya bolu talas. Waktu kita mulai usaha, kita ga muluk, yang penting jalan. Setelah itu kita pikir brandnya, AraSari.  Lalu inovasi pada produknya,” jelas Maya. “Di Bogor yang membuat bolus talas itu ada 15-20 merek. Jika kita ingin dikenal kita harus ada (gerai) di Jl Padjajaran. Padjajaran buka tahun 2014,” lanjut Andi.

                Ragam Produk. Saat awal Lapis Talas AraSari hanya mengeluarkan 7 varian. Namun, pada perkembangannya saat ini, ada 15 varian Lapis Talas. Sebut saja Lapis Talas Original, Lapis Talas Green Tea, Brownies  Talas, Lapis Talas Durian, Lapis Talas Capuccino, Lapis Talas Coklat, Lapis Talas Stroberi, Lapis Talas Bluebery, Lapis Talas Pala, Lapis Talas Nangka, Roll Talas dan masih banyak lagi.

Sejak awal membangun AraSari, pasutri ini tidak ingin AraSari hanya dikenal dengan produk Lapis Talas. “Kita ingin mengembangkan kue lain. Karena Lapis Talas ini pendek usianya. Kita kepikiran punya produk yang usianya lebih panjang, misalnya 1 bulan. Makanya kita bikin pastry,” kata Andy.

Ragam produk pastry AraSari antara lain Pie Talas, Bolen, Pia Bogor dan aneka kue kering. Khusus untuk ragam Lapis Talas harganya Rp 29 ribu – Rp 31 ribu/kotak. Sedangkan ragam pastry, harganya Rp 35 ribu/pack.Untuk Pie Talas, isinya 6 pieces/pack.  Dan, Bolen isinya 10 pieces/pack.

Dari semua produk AraSari, yang menjadi best seller adalah Lapis Talas Original. “Kalau orang bilang tekstur kuenya lembut,  rasa manis ga bikin neg. Jadi makan banyak juga ga neg dan ga seret. Jadi orang makan banyak, juga ga apa-apa. Biasanya saya sesekali bawa pulang, dan anak-anak masih makan. Artinya kalau kita makan, berarti makanan itu baik untuk konsumen,” ucap Maya.

Ia pun menambahkan bahwa dalam membuat beragam Lapis Talas dan pastry, selalu menggunakan bahan baku terpilih dan berkualitas serta diolah dengan standar kesehatan sehingga menjadikan ragam produk ini nikmat, higienis dan halal.

Teknik Marketing. Banyak cara yang dilakukan agar produk AraSari dikenal. Mulai dengan cara konvensional hingga melalui media sosial seperti facebook, Instagram dan website. Tak hanya itu, di setiap outletnya, Maya selalu mengedukasi para leader agar bisa meningkatkan penjualan.

                Dalam membangun bisnis tak selamanya berjalan lancar. Ada saja kendala yang dialami.  Biasanya menyangkut tentang sumber daya manusia. “Istilahnya dengan jumlah orang banyak dengan latarbelakang berbeda-beda, menyatukan semuanya dengan keahlian yang berbeda-beda. Apalagi saya mengutamakan merekrut orang sini. Kerjasama dengan pak RT, anak-anak yang putus sekolah, “ ucap wanita asal Pangandaran ini.

“Kalau kita ingin langgeng dengan karyawan-karyawan kita, ga usah kita tongkrongin pun,  mereka bisa menjalankan pekerjaan dengan baik. Jadi orang itu kualitas beda-beda, agar sama kualitasnya, maka kita buat SOP. SOP jalan itu harus ada kontrolnya. Ada leader yang menggerakan teman-temannya. Lalu ada reward, jika mereka patuh, disiplin, ada reward buat mereka. Jadi karyawan kita berasal dari sekitar sini, jadi memberdayakan mereka. Pagar pabrik kita bukan benteng tinggi tapi masyarakat sini,” sambung pria asal Bogor ini.

Kiat Sukses. Bagi Andy dalam berbisnis, ia mengikuti konsep air, jadi mengalir saja.  “Saya dan istri udah investasi untuk pengembangan usaha. Kalau udah keluar uang, kita  jalan aja. Kita berpikir, jangan cepat-cepat balik modal karena masih dalam perjalanan. Jalani saja karena usaha belum finish, “ kata Andy

Sementara itu, Maya mengatakan bahwa hidup adalah ibadah dan ikhtiar. “Jadi apa yang kita usahakan, itu bukan hanya kita berdua tapi campur tangan Yang Di Atas. Mau kita jungkir balik pun, kalau Diatas ga kasih, ya ga jalan. Jadi hal itu bukan klise. Nah, Yang Di Atas ini yang harus diketok. Karena ya atau tidaknya itu kan Yang Di Atas. Jadi kita jalani saja. Saya sebagai perempuan, kalau Di Atas ridho, maka itu atas ridho suami. Maka apa yang saya jalankan harus sama frekuensi dengan suami. Karena ini usaha bareng,” jelasnya

Mengakhiri perbincangan, Maya mengatakan bahwa usaha itu harus fokus. “Misalnya dari kualitas kita jalankan, dari keuangan harus kita kontrol. Misalnya yang lari ke toko itu berapa. Produksi kita jalankan benar-benar. Juga marketing. Saat kita buka toko, kita harus siapkan semuanya. Mulai dr leader, marketing dan penjaga toko. Jadi ibadah dan ikhtiar harus jalan. Ini juga bukan usaha yang langsung jalan. Kita pernah usaha sebelumnya dan menjadi pelajaran,” tutup Maya.