Ramadan Jawa

Di keluarga Jawa Muslim, tidak hanya dua kalender itu yang digunakan, sebab orang Jawa juga memiliki kalender sendiri yang disebut Saka. Foto: Instagram @Instagram @pungpurwanto_jr
Di keluarga Jawa Muslim, tidak hanya dua kalender itu yang digunakan, sebab orang Jawa juga memiliki kalender sendiri yang disebut Saka. Foto: Instagram @Instagram @pungpurwanto_jr

Bogoraya.co – Muslim zaman now menggunakan banyak sistem penanggalan untuk menjalankan kegiatannya, termasuk untuk menunaikan ibadahnya.

Setidaknya ada dua kalender yang dipakai, Masehi dan Hijriah. Dua sistem penanggalan itu memiliki sistem perhitungan berbeda.
Penanggalan Masehi menggunakan dasar waktu perputaran bumi terhadap matahari.

Awal hari dimulai pukul 00:00:01. Kaum muslim menggunakan penanggalan Masehi yang juga disebut penanggalan Kristen itu untuk menyusun jadwal salat wajib lima waktu.

Sedangkan kalender Hijriah menggunakan dasar waktu perputaran bulan terhadap bumi. Awal bulan dimulai sejak munculnya hilal atau bulan sabit hari pertama.

Baca juga: Pelapak Sampah Jabodetabek Dapat Edukasi Literasi Keuangan dari Waste4Change dan Bank DBS Indonesia

Hari pertama puasa (1 Ramadan), hari raya Idul Fitri (1 Syawal) dan hari raya Idul Qurban (10 Dzulhijah) dan hari tasyrik (tiga hari setelah Idul Qurban) ditetapkan berdasarkan kalender Hijriah atau penanggalan Islam.

Jumlah hari dalam penanggalan Masehi dan Hijriah berbeda. Masehi menghitung jumlah hari dalam satu bulan antara 28 hari hingga 31 hari, sedangkan kalender Hijriah menghitung jumlah hari dalam satu bulan antara 29 dan 30 hari.

Namun demikian, baik penanggalan Masehi maupun penanggalan Hijriah menetapkan jumlah hari yang sama dalam seminggu, tujuh hari dan jumlah bulan dalam setahun 12 bulan.

Dua anak saya lahir pada bulan Ramadan. Anak pertama dalam kalender Masehi adalah 11 Januari 1996, sedangkan anak ketiga lahir pada 11 November 2003.

Baca juga : Bendul Makanan Tradisional Favorit Raja Yogyakarta

Dalam penanggalan Hijriah, seharusnya mereka berulang tahun pada minggu-minggu ini.

Di keluarga Jawa muslim, tidak hanya dua kalender itu yang digunakan, sebab orang Jawa juga memiliki kalender sendiri yang disebut Saka.