GLOW Tidak Merusak Ekosistem Kebun Raya


BogoRaya.co – Sejumlah mantan Kepala Kebun Raya Bogor memberikan kritik atas rencana penyuguhan atraksi malam menggunakan lampu hias, GLOW. Atraksi ini dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan hewan di kebun raya tersebut lantaran berpotensi mengubah keheningan malam Kebun Raya.

Namun, hal berbeda dinyatakan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, menurutnya atraksi malam menggunakan lampu hias di Kebun Raya Bogor, GLOW, tidak akan mengganggu kehidupan hewan di kebun botani itu.

Menurut Laksana, Kebun Raya Bogor berada di tengah keriuhan kota, sehingga hewan-hewan yang berada di sana sudah terbiasa dengan lingkungan seperti itu. “Kekhawatiran tersebut kurang beralasan, terlebih untuk kebun raya kota seperti Kebun Raya Bogor yang ada di tengah keriuhan dan gemerlap kota,” ujar Laksana, Selasa (28/9).

Kemudian Laksana menjelaskan tentang jadwal atraksi tersebut yang tidak akan diselenggarakan setiap hari. GLOW direncanakan berlangsung pada akhir pekan saja, namun jika ada penambahan jadwal tidak akan lebih dari empat kali dalam sepekan.

“Itupun tidak setiap hari, saat ini rencananya hanya Sabtu dan Minggu, kalaupun ditambah kelak tidak lebih dari empat kali perminggu,” jelasnya.

Selain itu, Laksana mengatakan inovasi wisata seperti GLOW biasa diselenggarakan di berbagai kebun raya dunia. “Inovasi eduwisata semacam GLOW biasa diselenggarakan di berbagai kebun raya dunia,” ujarnya.

Dilansir dari laman resmi BRIN, sejumlah kebun raya yang memiliki atraksi seperti GLOW di antaranya adalah Desert Botanical Garden (Phoenix, Arizona), Singapore Botanic Gardens (Singapura), Fairchild Tropical Botanic Garden (Miami, USA), Atlanta Botanical Garden (Atlanta), dan Botanical Garden Berlin (Jerman).

Kebun Raya Bogor memiliki lima fungsi utama, yaitu konservasi, penelitian, edukasi, wisata, dan jasa. Sehingga inovasi dibutuhkan untuk mengoptimalkan kebermanfaatan dari fungsi-fungsi tersebut.

“Berdasarkan fungsinya, kebun raya memiliki lima fungsi utama, yaitu konservasi, penelitian, edukasi, wisata, dan jasa lingkungan. Kelima fungsi tersebut membutuhkan inovasi agar kebermanfaatannya optimal dirasakan publik,” ungkap Laksana.